Lalu apa yang kita rasakan setelah men-judge orang? Senangkah? Biasa sajakah? Atau mungkin merasa kita perlu "habisi" orang itu dengan segala suatu yang ada di pikiran kita mengenai orang tersebut?
Sok alim? Tidak. Sok merasa benar? Tidak juga. Lalu kenapa saya menulis hal-hal seperti diatas? Saya menulis seperti ini karena saya juga menjadi salah satu bagian dari orang-orang tersebut. Sangat mudah untuk kita semua men-judge sesuatu berdasarkan penglihatan kita tanpa mengetahui ini itunya terlebih dahulu. Tapi dengan kita men-judge orang seperti itu, apakah diri kita sudah yang paling benar?
Asumsi yang kita punya terhadap orang lain bukan berarti yang paling benar. Bagaimana kalau ternyata asumsi kita salah? Bagaimana kalau ternyata semuanya jauh berbeda dari apa yang kita pikir tadinya seperti itu? Bagaimana kalau kita merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut? Apakah baru akan meminta maaf ketika semua asumsi itu terpatahkan? Bukankah alangkah lebih baik jika kita melakukan sebaliknya? Dalam arti kata, berpikir lagi sebelum mengeluarkan asumsi kita seenaknya. Susah memang, saya juga sangat memahami itu. Tapi tidak ada salahnya mencoba.
Banyak sekali perkataan dan juga perbuatan saya yang mungkin menyakiti hati orang lain dan itu termasuk pula ketika saya men-judge orang dengan seenaknya saja. Meminta maaf memang mudah, tapi bagaimana dengan rasa bersalah? Masa iya kita mau terus menerus terlambat menyadari dan menyesalinya? Karena, pasti ada titik dimana kita tidak akan peduli dengan segala perkataan dan juga tulisan yang terkesan klise, namun, akan ada saatnya pula dimana kita menyadari bahwa semua yang terkesan klise itulah justru yang seharusnya ditanamkan sejak awal.
Saya menulis seperti ini, karena saya tidak ingin kita semua terlambat menyadari. Memang tidak ada kata terlambat karena semua membutuhkan proses. Tetapi dalam proses itu, dibutuhkannya kesadaran terlebih dahulu. Kalau kita merasa sudah sadar, kita tidak akan mengulangi yang jelek-jelek tentunya. Ini semua tidak hanya berlaku didalam perkataan dan perbuatan, tetapi juga dengan segala sesuatu yang bersangkutan dengan kehidupan kita seperti Internet (Social Media), lingkungan sekolah, kerja, keluarga, dan masih banyak lagi. Kita sibuk membuka membuka kejelekan dan membicarakan orang lain, tetapi kita juga lupa dengan kejelekan diri kita sendiri..
Tulisan ini bukanlah untuk mengatakan bahwa saya paling benar karena memang tidak, tetapi itulah yang saya rasakan dan pikirkan. Ketika saya sudah menyadarinya, kenapa saya tidak coba berbagi dengan yang lain? Think before you judge someone or something. Itu kalimat yang mungkin sangat mewakili semua yang saya tulis ini. Anda pasti sudah mendengarnya ribuan kali, tapi berapa kali anda pernah melakukan hal tersebut? Benarkan diri anda terlebih dahulu, barulah kita bisa membenarkan hidup orang lain.
Saya tidak sempurna, dan tidak akan pernah sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Tetapi yang perlu dilakukan oleh kita semua adalah belajar. Belajar untuk menjadi lebih baik, dan salah satunya adalah merubah hal-hal kecil (yang mungkin untuk sebagian orang tidak penting) menjadi lebih baik. Seperti contoh, tidak mengurusi hal yang tidak ada urusannya dengan dirinya. Insya Allah kita bisa menjadi orang tersebut..
Kata-kata diatas mungkin bisa dipikirkan lebih jauh dan menjadi pilar dalam menyusun kata-kata, pikiran, dan perbuatan. Berusahalah untuk menjadi contoh untuk orang-orang. Jangan hiraukan ketika mereka tetap melakukan hal yang tidak baik, karena kalau kita berniat untuk berubah, tidak perlu menunggu teman. Ubahlah semuanya sendiri, dengan tujuan dan keyakinan bahwa itu semua menuju yang lebih baik.. Jangan mengira bahwa hal-hal kecil tidak ada pengaruhnya untuk kehidupan... :)
Love,
AS